Aparat Dianggap Berlebihan Soal Bakar Ban, Tapi Bungkam Terkait Intel yang Sebabkan Mahasiswa Terbakar

Redaksi
Redaksi

TARAKAN – Sikap aparat keamanan yang mempertanyakan aksi pembakaran ban dalam demonstrasi kembali menuai kecaman dari kalangan mahasiswa. Pernyataan tersebut dianggap lebay dan tidak relevan, apalagi di tengah situasi serius di mana tiga mahasiswa mengalami luka bakar akibat tindakan sembrono dari oknum intel aparat yang menyusup ke dalam massa aksi.

Insiden terjadi saat seorang oknum intel berusaha merampas bensin yang dibawa peserta aksi. Dalam kekacauan itu, bensin tumpah dan menyambar api hingga membakar mahasiswa. Aksi yang dimaksud terjadi dalam rangka menyuarakan berbagai tuntutan terhadap penegakan hukum dan reformasi institusional di Kalimantan Utara.

“Apa fungsi intel menyusup ke massa aksi jika justru menyebabkan kekacauan dan korban?” tegas Heris, Ketua Wilayah Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Kalimantan Utara.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Menurut Heris, pembakaran ban dalam aksi bukan tindakan anarkis, melainkan simbol aksi yang sah sebagai ekspresi kemarahan rakyat. “Orasi saja tidak cukup. Dalam praktik gerakan massa, simbol seperti bakar ban adalah cara untuk menarik perhatian publik dan media. Kalau tidak, suara mahasiswa hanya jadi angin lalu,” ujarnya.

Heris menilai fokus aparat yang justru mempermasalahkan hal-hal teknis seperti pembakaran ban adalah bentuk pengalihan isu dan pembelokan dari substansi tuntutan.

“Kenapa aparat tidak fokus pada penyebab utama mahasiswa terbakar? Kenapa tidak mengusut oknum intel yang merampas bensin? Ini bukan hanya kelalaian, ini bentuk kekerasan struktural yang harus dipertanggungjawabkan,” tambahnya.

LMND Kalimantan Utara mengecam keras tindakan represif aparat dan mendesak agar proses hukum dilakukan terhadap oknum yang terlibat, serta menuntut adanya evaluasi total terhadap pola pengamanan aksi mahasiswa di wilayah ini.

“Jika nyawa mahasiswa dianggap murah dan simbol perjuangan dianggap ancaman, maka yang rusak bukan aksinya, tapi sistemnya,” pungkas Heris.

Share This Article
4 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *