TARAKAN – Rumput laut merupakan salah satu komoditas terbesar di Kota Tarakan, hingga saat ini Tarakan dan Nunukan masih menjadi daerah utama dalam penyuplai salah satu makanan kaya serat ini.
Namun amat disayangkan sejak pandemi covid-19 melanda, harga rumput laut mengalami pasang rumput bak air laut. Sehingga hal tersebut membuat petani rumput laut, laut mengalami kerugian.
Salah satu petani rumput laut di Kelurahan Pantai Amal Kota Tarakan, kacong menerangkan hingga saat ini petani rumput laut cukup kesulitan akibat tidak menentunya harga. Padahal, harga yang dijual saat ini sudah sangat jauh lebih murah dari harga normal.
“Kan sebelum corona itu harga rumput laut sampai Rp 17 ribu, tapi pas pandemi covid-19 turun Rp 8.500 sampai Rp 9 ribu, nah turun naiknya sekitar harga segitu tapi baru-baru ini sudah naik lagi dari Rp 10 ribu sampai dengan Rp 11.000 per kg,” terangnya, (29/08).
“Harapan saya sih harga rumput laut harus pulih kembali, minimal harganya itu tetap dan tidak berubah-ubah, jadi kami juga sebagai petani tidak rugi,” sambungnya.
Sementara itu, H.Bakri salah satu pengepul rumput laut mengaku naik turunnya harga tidak terlepas dari kadar rumput laut yang berada di Kota Tarakan rendah, sehingga hal ini juga menjadi masalah bagi pengepul.
“Makanya itu barang Tarakan tak terlalu disukai di Makassar karena basah kan, jadi mereka suruh kering kan dulu baru di terima. Bukan karena kualitas rumput lautnya, tapi masalah kadar nya, kadar yang di inginkan itu 40 sampai 42 tapi sangat jauh dari harapan, minimal kadarnya 45 sampai 55 yang dikirim,”ulasnya.
“Sebenarnya pembeli besar pun tidak mau ambil, tapi mau di apa lagi uang sudah keluar, sudah di bayar, jadi terpaksa harus di kirim,” Tandasnya.