TARAKAN – Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas merupakan syarat untuk membawa Indonesia Maju pada tahun 2045. Namun, penyiapan SDM unggul masih menghadapi tantangan bernama stunting.
Sebab berdasarkan informasi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kaltara menyebutkan bahwa tingkat prevelensi stunting Kota Tarakan sebanyak 17 persen pada 2022.
Mengenai hal ini, Wali Kota Tarakan, dr. Khairul menargetkan prevalensi stunting di wilayahnya turun menjadi 6 persen pada tahun 2024.
“Di akhir masa pemerintahan kami targetkan angka prevalensi stunting sebesar 6 persen,” terangnya. Pemkot Tarakan pun sudah melakukan penyelidikan dan menemukan bahwa terjadinya tingkat stunting yang tinggi dikarenakan adanya pola makan masyarakat yang tidak memenuhi gizi yang baik, dan lingkungan yang tidak sehat seperti pengaruh asap rokok yang mengkontaminasi tubuh anak dan menghambat pertumbuhan,” ungkapnya.
Diakuinya, pola makan sangat mempengaruhi pertumbuhan anak dari dalam kandungan, hingga usia 5 tahun. Untuk itulah, fungsi Posyandu sangat perlu dilakukan guna memastikan gizi sehat di masyarakat
Pemkot Tarakan akan mengaktifkan kembali peran dan fungsi Posyandu yang ada, guna melakukan pencegahan stunting di Kota Tarakan.
“Saya minta para lurah, camat dapat bersinergi melakukan pendataan di masyarakat terkait angka stunting, khususnya di daerah pesisir kota Tarakan, yang merupakan daerah dengan angka stunting terbanyak,” ucapnya.
Sehingga, kata dia, ini harus menjadi perhatian semuanya, tidak hanya dinas terkait.
“Jadi tidak hanya Dinas kesehatan, Dinas DP3APPKB saja. Karena stunting ini, itu menyangkut generasi kita kedepannya, generasi Indonesia,” tutupnya.