TARAKAN – Banyaknya Babi mati secara bersamaan di Kabupaten Malinau dan Nunukan memperlihatkan fenomena yang tidak biasa. Sehingga hal tersebut menimbulkan kekhawatiran masyarakat terhadap adanya wabah yang terjadi.
Diketahui, saat ini beberapa sampel Babi yang mati masih dilakukan uji laboratorium dari instansi terkait di kedua kabupaten tersebut. Saat dikonfirmasi, Kepala Balai Karantina Pertanian (BKP) Tarakan, Akhmad Alfaraby menuturkan, pihaknya sudah melakukan pengambilan dan pengiriman sampel dari babi yang mati tersebut. Pengambilan sampel ini bekerja sama dengan Tim Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi, Kabupaten dan Tim Karantina Pertanian.
“Kami masih melakukan uji lab, sebenarnya, untuk wewenang karantina terkait lalulintas komoditas babi dan produknya sangat minim,” ujarnya, (30/6),
Diketahui, dari data BKP, beberapa jenis organ babi tercatat masuk ke Indonesia seperti daging babi olahan dan tulang babi. Masuk melalui Bandara Juwata. Meski demikian, frekuensinya sangat minim yang tercatat pernah tiga kali pengiriman dengan jumlah 2 kg hingga 12 kg.
Lanjutnya, daru hasil koordinasi dengan Pemprov Kaltara, menurutnya sudah saatnya adanya peraturan daerah yang mengatur tentang larangan pengiriman ternak babi dan produknya, dari Sabah, Malaysia.
Dengan adanya Peraturan Daerah ini, diharapkan bisa mengurangi potensi masuknya virus African Swine Fever (ASF) yang merupakan virus yang menyerang hewan ternak khususnya Babi. Terlebih lagi di Malaysia, ASF ini sudah menjadi wabah di sejumlah peternakan babi.
“kami terus berupaya menggali faktanya dengan bekerja sama dengan dinas terkait untuk melakukan identifikasi. Sambil menunggu hasil pemeriksaan sampel dari BVet Banjarbaru. Dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dan BVet banjarbaru juga sudah melakukan investigasi ke wilayah yang ditemukan babi hutan yang mati di Tulin Onsoi dan Malinau,” ungkapnya.
Sementara itu, saat disingung kematian Babi secara bersamaan di Kabupaten Berau, ia.menegaskan jika persoalan itu termasuk dalam wilayah kerja BKP Tarakan. Sehingga, pihaknya turut serta dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kaltim bersama Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Berau, mengambil sample untuk diuji di Laboratorium Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian.
“Kami masih menyelidiki apa penyebab matinya babi secara bersamaan ini. Oleh sebab itulah, masyarakat tidak mendatangkan dulu babi dari luar daerah untuk mencegah ASF masuk,”pungkasnya