MALINAU – Suasana damai dan penuh kehangatan menyelimuti acara Ngobrol Bareng Bersama Lima Pemuka Agama yang digelar di Panggung Budaya Padan Liu’ Burung, Kamis (23/10/2025) malam. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian Festival Budaya IRAU ke-11 sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Malinau.
Dalam suasana penuh keakraban, para tokoh lintas agama menyampaikan pandangan dan harapan tentang pentingnya menjaga keberagaman di Bumi Intimung. Mereka sepakat, Malinau layak disebut sebagai miniatur Indonesia—daerah yang mampu menjaga harmoni di tengah perbedaan etnis, suku, dan agama.
“Biasa ya, miniatur Indonesia, semua agama, semua etnis, semua suku bergumul di sini,” ujar Pemuka Agama Hindu, Yan Mitha Djaksana, saat ditemui pada Jumat (24/10).
Ia menilai, Festival IRAU menjadi bukti nyata semangat persatuan di Malinau. “Festival ini luar biasa, keindahan Indonesia ditampilkan di sini. Ini perlu ditiru daerah lain, karena perbedaan justru menjadi kekuatan besar untuk kemajuan bersama,” lanjutnya.
Hal senada disampaikan Romo Antonius Antara, perwakilan umat Katolik. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga semangat kebersamaan yang telah mengakar kuat di Malinau.
“Keragaman yang ada bukan menjadi perbedaan, tapi sarana kita untuk saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain. Kabupaten Malinau ini bisa dibilang Indonesia dalam bentuk kecil,” ujarnya.
Dari kalangan Islam, Ustadz Abu Ghufran menilai Malinau sebagai contoh nyata daerah yang membangun dengan semangat perbedaan.
“Malinau ini luar biasa, replikanya Indonesia. Membangun tidak harus sama, tapi tujuannya sama: ingin membangun Indonesia yang lebih baik. Semoga Malinau jadi contoh bagi kota-kota lain,” katanya.
Sementara itu, Pendeta Marcel Saerang dari perwakilan Kristen menyebut Malinau sebagai rumah keduanya.
“Ini kali kedua saya datang ke sini, dan rasanya seperti di rumah sendiri,” ucapnya. “Filosofi kekeluargaan di Malinau begitu terasa. Kalau kita terus saling mengasihi dan tolong-menolong, rumah besar kita ini akan selalu damai,” tambahnya.
Dari kalangan Buddha, Bikkhu Damma Subho Mahathera menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya toleransi.
“Merendahkan keyakinan orang lain sama dengan merendahkan keyakinan sendiri. Dan Malinau sudah membuktikan, nilai itu benar-benar diwujudkan,” tuturnya.
Melalui acara Ngobrol Bareng Bersama Lima Pemuka Agama ini, semangat kebersamaan dan toleransi di Kabupaten Malinau kembali ditegaskan—sebuah cerminan harmoni yang menjadi kekuatan utama dalam keberagaman Indonesia. (***)




