TARAKAN – Banjir Rob kembali terjadi di Kota Tarakan dalam beberapa hari terakhir di Bumi Pauntaka sehingga hal tersebut membuat sejumlah rumah milik warga terdampak dan ikut terendam air laut.
Manto, Salah seorang warga Kelurahan Karang Anyar Pantai menerangkan, setiap kali banjir rob melanda, diri cukup mengalami kerugian yang diakibatnya rusaknya beberapa barang seperti kipas angin dan lemari pendingin miliknya.
Lanjutnya, hampir setiap tahun menjelang akhir tahun mengalami banjir Rob selama tiga hari. Ini dikarenakan tempat tinggalnya berada di atas air dan memang ketinggian permukaan air lebih tinggi daripada bangunan miliknya.
Meski kerugiannya tak begitu besar, namun ia mengakui cukup kerepotan jika harus membersihkan pasca air pasang surut.
“Masih mending tahun ini tidak hujan. Kalau pas air pasang ini ditambah hujan. lebih tinggi lagi,” ucapnya.
Ia mengakui, setiap kali ada air pasang naik, biasanya menemukan hewan melata seperti ular dan ikan. Selain itu, ia juga mengungkapkan banjir rob kerap berdampak kepada warga yang merasakan gatal-gatal karena air asin.
Sementara itu, Prakirawan Badan Meterologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) Tarakan Novira Ismi menuturkan, di daerah yang cukup rendah atau tempat yang berbatasan dengan laut, seperti pesisir paling merasakan dampaknya.
Diketahui, banjir ini juga pernah terjadi pada November lalu, namun sebenarnya pasang air maksimal ini terjadi secara periodik.
“Fenomena banjir rob ini karena adanya daya tarik yang terjadi secara periodik. Kalau La Nina berhubungan dengan atmosfer, sedangkan banjir rob ini berhubungan dengan adanya gaya gravitasi antara bumi dan bulan yang mengakibatkan air laut naik ke permukaan,” ulasnya.
Air pasang maksimal ini juga terjadi di waktu tertentu sesuai periodenya. Namun, hal yang perlu dikhawatirkan saat banjir rob yang bertepatan dengan hujan deras.
Dua kejadian yang secara bersamaan memberikan dampak yang lebih bagi masyarakat. Banjir rob diperkirakan akan terjadi sejak pukul 19.00 Wita dan menurun hingga pukul 21.00 Wita.
Potensi air pasang tinggi ini, tidak hanya terjadi di Tarakan melainkan di beberapa daerah lain di Indonesia sesuai fase bulan.
“Fase bulan itu, ada bulan baru, di tanggal 29 Desember pada saat itu air laut pasang tinggi. Dampaknya berbeda-beda di setiap wilayah tergantung kondisi di masing-masing daerah itu sendiri. Daerah yang paling terdampak itu tentunya yang curam atau mungkin cukup dangkal paling signifikan,”tandasnya.