Ketua Umum HMI Cabang Nunukan: “Pulang dari Sekolah Pimpinan PB HMI, Saatnya Mengubah Cara Kita Bergerak di Perbatasan”

Redaksi

Oleh: Ketua Umum HMI Cabang Nunukan

Peserta Sekolah Pimpinan PB HMI

Borneonewsjournalist.co.id, OPINI – Mengikuti Sekolah Pimpinan PB HMI bukan sekadar agenda pelatihan, tetapi perjalanan intelektual yang menggugah cara saya membaca realitas gerakan di Cabang Nunukan. Setiap diskusi, dialektika, dan pembelajaran di sana menghadirkan kesadaran baru: HMI tidak boleh lagi bergerak dengan pola yang sama seperti kemarin, terutama di wilayah strategis perbatasan seperti Nunukan.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Sebagai ketua umum, saya pulang dengan tanggung jawab moral dan intelektual untuk membawa perubahan. Nunukan bukan sekadar daerah pinggiran; ini adalah garda depan bangsa, wilayah yang penuh tantangan, peluang, sekaligus kerentanan. Karena itu, HMI harus tampil sebagai motor perubahan, bukan penonton.

1. Paradigma Baru yang Dibawa Pulang dari Sekolah Pimpinan

Sekolah pimpinan memberikan pemahaman mendasar bahwa seorang pemimpin bukan hanya mereka yang lantang berbicara, tetapi yang mampu membaca zaman dengan tajam.

Saya kembali dengan tekad memperkuat pola gerak HMI Cabang Nunukan berbasis data, riset, gagasan, dan inovasi. Sudah saatnya kita meninggalkan pola gerakan seremonial yang berulang, dan membangun ekosistem gerakan yang progresif, hidup, serta relevan dengan kebutuhan masyarakat perbatasan.

2. Menjadikan HMI Nunukan Laboratorium Gagasan Perbatasan

Dinamika kawasan perbatasan menuntut kehadiran HMI sebagai aktor strategis, bukan pelengkap. Dari pengalaman Sekolah Pimpinan, saya membawa sejumlah inisiatif penting:

Pembentukan Border Studies Forum HMI Nunukan sebagai pusat analisis, kajian, dan advokasi isu perbatasan.

Penyusunan policy brief rutin terkait isu PMI, perdagangan lintas batas, pelayanan publik, serta keamanan sosial masyarakat.

Menguatkan posisi HMI sebagai mitra kritis pemerintah, bukan oposisi tanpa arah, tetapi pengingat moral dan intelektual.

Perbatasan membutuhkan gagasan, bukan hanya slogan. HMI harus leading dalam itu.

3. Reformasi Internal: Cabang Tidak Boleh Jalan di Tempat

Salah satu pelajaran berharga dari sekolah pimpinan adalah perlunya manajemen organisasi yang efisien dan terukur.

Untuk itu, saya membawa komitmen:

Menyusun grand design gerakan cabang selama satu periode penuh.

Menghidupkan kultur evaluasi yang jujur, rutin, dan berbasis capaian.

Meningkatkan kualitas kaderisasi menjadi lebih visioner, lebih terstruktur, dan membentuk karakter—bukan sekadar memperbanyak jumlah peserta.

Gerakan besar dimulai dari internal yang sehat.

4. Menghidupkan Spirit Kepemimpinan Kekinian

Kader HMI hari ini hidup di dua ruang sekaligus: ruang digital dan ruang sosial nyata. Karena itu, gerakan kita harus memiliki dua pijakan:

Di lapangan, hadir mengadvokasi persoalan masyarakat secara langsung.

Di ruang digital, menguasai narasi, menghadirkan analisis, serta memengaruhi kebijakan lewat opini publik.

HMI tidak boleh hanya hadir di rapat–kita harus hadir di media sosial, ruang literasi, dan ruang perdebatan publik.

OPINI PENUTUP: Saatnya HMI Cabang Nunukan Naik Kelas

Tulisan ini bukan laporan, tetapi pernyataan sikap.
Pulang dari Sekolah Pimpinan PB HMI bukan akhir dari agenda, melainkan awal dari babak baru perubahan gerakan.

Kita harus membuat HMI Cabang Nunukan lebih relevan dari sebelumnya:
lebih kritis, lebih berilmu, lebih berani, dan lebih hadir untuk masyarakat perbatasan.

Ini saatnya HMI Cabang Nunukan naik kelas.
Ini saatnya kader perbatasan menunjukkan bahwa mereka bukan pelengkap, tetapi penggerak perubahan.

Sebagai ketua umum, saya berkomitmen menjaga bara semangat ini tetap menyala hingga perubahan itu benar-benar terasa, bukan hanya terdengar.

HMI untuk Perbatasan.
HMI untuk Indonesia.

Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan Amal.
Yakin Usaha Sampai.

Share This Article