Terus Berikan Manfaat Nyata, BRGM Target Rehabilitasi 31.380 Mangrove di Tahun 2027

Redaksi
Redaksi

TARAKAN – Besarnya manfaat bakau atau Mangrove untuk ketahanan ekosistem di suatu daerah, membuat pemerintah terus berupaya meningkatkan pertumbuhan mangrove di berbagai daerah di Indonesia tidak terkecuali di Kaltara. Sehingga di tahun depan Badan Restorasi Gambut Dan Mangrove (BRGM) menargetkan akan melakukan rehabilitasi 31.380 mangrove di Kaltara.

Saat dikonfirmasi, Akhmad Ashar Sarif, Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Manager M4CR BRGM Kalimantan Utara menerangkan, secara nasional BRGM secara nasional BRGM menargetkan penanaman 1,2 juta untuk 7 provinsi di Indonesia. Adapun untuk kawasan rehabilitasi mengacu pada kawasan yang sebelumnya dilakukan penanaman secara masif.

“Untuk badan restorasi gambut dan mangrove se-nasional kami menargetkan 1,2 juta hektare yang disebar di 7 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumsel, Kalsel, Kalteng, Papua dan Kalbar. Terus untuk rehabilitasi mangrove kita ada 600 ribu hektare yaitu di Sumut, Kepri, Riau, Babel, Kalbar, Kaltim, Kaltara dan Papua Barat dan Papua,”katanya, (22/12/2024)

- Advertisement -
Ad imageAd image

“Di Kaltara kami ada target penanaman 31.380 hektar di 4 Kabupaten yang tersebar di 35 desa. Untuk pembagian per kabupaten, di Bulungan kita ada 15.740 hektar, di Tarakan 243 hektar, di Nunukan ada 5.949 hektar dan KTT 9.449 hektar. Dengan total 31.380 hektar yang dilaksanakan dari tahun 2024 sampai tahun 2025,”sambungnya.

Dikatakannya, untuk di Kaltara sebagian besar kegiatan penanaman dilakukan di area pertambakan. Mengingat kata dia kawasan pertambangan di Kaltara sebelumnya merupakan habitat asli mangrove sebelum berubah fungsi menjadi tambak oleh masyarakat.

“Untuk kebanyakan kegiatan di Tarakan ini hampir semua dilaksanakan di kawasan pertambakan karena memang habitat asli mangrove sebenarnya di sana sebelum lahan berubah jadi tambak. Kalau kendalanya sendiri dalam kegiatan penanaman untuk lebih ke masyarakatnya atau pemilik tambak. Kadang pemilik tambak ini bukan warga setempat sehingga kita sulit berkoordinasi. Kalau sudah ketemu, belum banyak Petambak yang ngerti terkait manfaat mangrove ini,”ungkapnya.

“Mereka masih beranggapan bahwa tambak yang bagus itu adalah lahan tambak yang terbuka. Padahal kenyataannya berdasarkan riset-riset yang ada di luar Kaltara, tambak yang ada mangrovenya itu lebih sustenable. Bisa bertahan lebih lama daripada tambak-tambak yang terbuka,”katanya.

Kendati demikian, ia mengakui upaya BRGM kerap terkendala lantaran masih banyaknya masyarakat yang belum memahami fungsi bakau atau mangrove. Sehingga, hal itu membuat tidak sedikit pemilik tambak tidak bersedia jika tambaknya menjadi tempat penanaman mangrove.

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *