Borneonewsjournalist.co.id, Tarakan KALTARA – Kasus penipuan dengan modus pencatutan identitas kembali marak terjadi. Kali ini, seorang dosen Universitas Borneo Tarakan (UBT), Riski Sovayunanto, S.Psi., M.Si, menjadi korban penyalahgunaan identitas oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk menipu sejumlah pihak.
Pelaku diduga menggunakan nama, nomor kontak, serta gaya komunikasi korban untuk menghubungi orang-orang yang berada dalam daftar relasi korban, dengan tujuan meminta uang dan mengirimkan file serta tautan mencurigakan.
Riski mengungkapkan, peristiwa tersebut baru pertama kali dialaminya. Ia mengaku cukup cemas karena khawatir ada pihak yang benar-benar menjadi korban penipuan tersebut.
“Ini pertama kali saya mengalami kejadian seperti ini. Yang membuat saya khawatir adalah orang-orang yang bisa saja menjadi korban. Alhamdulillah sejauh ini teman, saudara, rekan kerja, dan rekan usaha langsung mengonfirmasi ke saya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kejadian tersebut pertama kali diketahui pada Jumat sekitar pukul 10.30 WITA, saat seorang temannya di Tarakan menghubunginya untuk memastikan kebenaran pesan ajakan usaha yang dikirim melalui aplikasi WhatsApp.
“Teman saya bertanya, ini benar mas dosen atau bukan, karena ada WA yang mengajak usaha. Saya langsung pastikan itu bukan saya. Setelah itu saya informasikan ke teman-teman kantor terdekat,” jelasnya.
Namun, selama pelaksanaan ibadah Salat Jumat, intensitas penipuan justru semakin meningkat. Pelaku diduga menghubungi banyak kontak yang tersimpan di ponsel korban.
“Sampai sore hari, ponsel saya tidak berhenti menerima pesan dan telepon. Banyak yang mengonfirmasi karena identitas saya digunakan. Pelaku bahkan mengirim file PDF, meminta KTP, dan mengirimkan tautan internet ke beberapa orang,” tambahnya.
Akibat kejadian tersebut, korban mengaku mengalami kecemasan berlebih dan harus menghabiskan waktu seharian untuk menangani serta mengklarifikasi kasus tersebut.
Menanggapi kejadian ini, Riski mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap modus penipuan serupa. Ia membagikan sejumlah ciri dan langkah antisipasi yang perlu diperhatikan.
“Jika menerima pesan mencurigakan, segera konfirmasi langsung ke orang yang bersangkutan melalui nomor lain atau melalui orang terdekatnya. Ciri utama penipuan biasanya bersifat mendesak dan meminta uang dengan berbagai alasan,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa pelaku cukup lihai karena mampu meniru gaya bahasa, logat daerah, hingga sapaan akrab seperti keluarga atau kerabat dekat.
“Bahasa yang digunakan bisa sangat mirip, bahkan menyesuaikan logat daerah lawan bicara. Ini sepertinya modus baru. Karena itu, jangan mudah percaya, jangan sembarangan membuka file atau tautan, dan jangan menanggapi telepon atau pesan yang mendesak meminta uang,” pungkasnya.
Masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan segera melaporkan kepada pihak berwenang apabila menemukan indikasi penipuan serupa.(****)




