TARAKAN – Masih langkanya ketersediaan minyak goreng di seluruh Indonesia menimbulkan kekhawatiran besar masyarakat. Oleh karena itu, Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perdagangan (DKUMP) Tarakan aktif melakukan monitoring ke sejumlah retail yang ada di Tarakan guna memastikan ketersediaan minyak goreng di pasaran, terutama menjelang Ramadan nanti.
Saat dikonfirmasi, Kepala DKUMP Tarakan Untung Prayitno menuturkan retail modern seperti Alfamidi dan Ramayana masih menerima jatah dari pusat. Sedikitnya 20 kemasan setiap harinya.
“Per kemasan berisi 200 liter, biasanya habis sehari untuk Senin hingga Jumat. Sedangkan di hari Sabtu dan Minggu disiapkan 35 kemasan, berarti sekitar 350 liter. Pembatasan itu untuk memastikan tidak ada oknum yang memanfaatkan situasi melakukan penimbunan,”kata dia.
Ia menambahkan, di sejumlah wilayah di Kaltara saat ini sedang mengalami kekosongan minyak goreng. Jika tidak dibatasi, kemungkinan besar minyak goreng ini akan digeser ke daerah lain yang kosong. Sehingga ia mengimbau kepada masyarakat agar minyak goreng yang didapatkan dimanfaatkan semaksimal mungkin.
“Misalnya, ada keluarga di Tarakan disuruh beli terus dibawa ke Bulungan. Produk dari pabrik Wilmar ini merupakan salah satu yang ditunjuk dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mendistribusikan minyak goreng sesuai Harga Eceran Tertentu (HET) yang ditentukan pemerintah pusat. Tapi ada beberapa distribusi lain yang sampai saat ini barangnya belum direfaksi. Oleh karena itu kami mengimbau masyarakat agar minyak goreng yang didapat digunakan dengan baik dan tidak menyuplai kepada orang di luar Tarakan”urainya.
Dia membeberkan, saat ini ada beberapa distributor yang hingga saat ini belum ada kepastian dari pihak pabrik. Sehingga, belum bisa menjual dengan harga Rp14 ribu.
Rencananya, Kemendag juga akan turun tangan untuk membantu proses refaksi agar barang bisa segera disalurkan.
“Rretail modern sudah harus menjual harga minyak goreng sesuai HET, sesuai perjanjian pabrik dengan Asosiasi Praktisi Retail Indonesia (Apkrindo). Kalau sebelumnya kan berapapun dijual, pasti habis. Kalau dijatah, misalnya kebutuhan beli 5 liter, ternyata dijatah 3 liter kan akhirnya ada aksi borong. Ini yang menimbulkan di gerai dan swalayan banyak yang kosong,”tuntasnya.