Tarakan – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara mencatat inflasi gabungan di tiga kabupaten/kota IHK di Kaltara pada Maret 2025 mengalami kenaikan sebesar 2,16% (mtm), dengan inflasi tahunan (yoy) sebesar 1,24%. Angka ini tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,03% (yoy).
Inflasi bulanan tersebut didorong oleh naiknya harga komoditas Tarif Listrik, Cabai Rawit, Bawang Merah, Jagung Manis, serta Emas Perhiasan. Kenaikan harga listrik terjadi akibat berakhirnya kebijakan diskon listrik rumah tangga dari Kementerian ESDM, sementara kenaikan harga pangan disebabkan oleh cuaca buruk dan meningkatnya permintaan selama Ramadhan.
Meski menghadapi tekanan inflasi global dan gangguan pasokan domestik, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kaltara tetap menjaga kestabilan harga melalui strategi 4K: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Program seperti pasar murah, irigasi tetes untuk cabai, serta edukasi melalui media sosial terus dioptimalkan.
Dari sisi perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK) Kaltara per Februari 2025 mencatat kontraksi tipis -0,04% (yoy), dipicu penurunan deposito sebesar -25,15%. Namun, sektor kredit justru tumbuh pesat sebesar 23,87% (yoy), didorong oleh peningkatan pada Kredit Investasi (45,20%), Kredit Modal Kerja (15,09%), dan Kredit Konsumsi (14,33%).
Kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga tetap tumbuh sebesar 4,21% (yoy) dengan total outstanding Rp5,51 triliun, terutama disalurkan ke sektor perdagangan besar dan eceran. Risiko kredit tetap rendah dengan rasio NPL hanya 1,08% secara keseluruhan dan 3,13% untuk UMKM.
Sistem pembayaran digital di Kaltara terus menunjukkan perkembangan positif. Transaksi BI-Fast selama Maret 2025 mencapai Rp3,40 triliun dengan volume 1,64 juta transaksi, meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya.
Namun, transaksi BI-RTGS dan SKNBI mengalami kontraksi, masing-masing sebesar -20,43% dan -6,21% secara nilai. Sementara itu, jumlah merchant QRIS di Kaltara terus meningkat, mencapai 99.536 merchant, dan jumlah pengguna mencapai 123.162 orang per Februari 2025.
Untuk aliran uang tunai, KPwBI mencatat net outflow sebesar Rp426,95 miliar sepanjang Maret 2025, dengan arus keluar mencapai Rp482,01 miliar. BI juga aktif mendistribusikan dan menarik uang tidak layak edar melalui tiga kas titipan di Tanjung Selor, Malinau, dan Nunukan.
KPwBI Kalimantan Utara menegaskan komitmennya untuk terus menjaga kestabilan harga, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, serta memastikan kelancaran sistem pembayaran dan distribusi uang rupiah hingga ke pelosok daerah.