Pemanfaatan AI untuk Peningkatan Literasi Digital di Perbatasan Kalimantan Utara

Redaksi

BorneoNewsJournalist.co.id – Kegiatan seminar dan workshop yang membahas pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan literasi digital di kawasan perbatasan Kalimantan Utara baru saja dilaksanakan dengan sukses. Acara yang digelar pada tanggal 7 Agustus 2025 ini menjadi kesempatan berharga untuk memperkenalkan teknologi digital yang dapat mendukung pembelajaran di kelas sekaligus memperkuat pemahaman masyarakat terhadap literasi digital, terutama di wilayah yang memiliki tantangan infrastruktur seperti perbatasan.

Acara ini diadakan oleh Tim Mahasiswa dan Dosen Program Studi S3 Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, yaitu Prof. Drs. Ir. Abdul Fadlil, M.T., Ph.D. (Ka. Prodi S3 Informatika UAD), Prof. Ir. Tole Sutikno, S.T., M.T., Ph.D., IPM., ASEAN.Eng. (Dosen Pembimbing Prodamat S3 Informatika UAD), Muhammad, S.Kom., M.Kom., dan Muhammad Faqih Dzulqarnain, S.T., M.Cs. selaku Mahasiswa S3 Informatika UAD, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara. Kegiatan yang dilakukan secara daring ini berhasil menarik perhatian banyak peserta dari berbagai kalangan guru sekolah di Kalimantan Utara dan beberapa dari Kalimantan Barat. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya literasi digital dan peran AI dalam dunia pendidikan, terutama di daerah-daerah yang terisolasi.

Acara dibuka secara resmi oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara, Bapak Hasanuddin, S.Pd., M.Si., yang memberikan sambutan langsung kepada peserta. Dalam sambutannya, beliau menekankan betapa pentingnya acara ini, terutama dalam mendukung pendidikan di daerah perbatasan yang memiliki tantangan besar terkait infrastruktur teknologi.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Bapak Hasanuddin mengungkapkan, bahwa pemanfaatan teknologi AI dalam pendidikan dapat menjadi jembatan untuk mengatasi kesenjangan digital yang selama ini terjadi, terutama di daerah-daerah dengan akses internet yang terbatas. “AI memiliki potensi besar untuk membawa kemajuan bagi pendidikan kita, khususnya dalam memfasilitasi pembelajaran yang lebih inklusif dan personalisasi, serta mendukung pelestarian budaya lokal melalui teknologi,” ujarnya. Beliau juga mengajak seluruh peserta untuk aktif mengikuti kegiatan ini, agar dapat memanfaatkan teknologi dengan bijak dalam mendukung pembelajaran di kelas dan kemajuan teknologi secara lebih luas.

Bapak Hasanuddin mengakhiri sambutannya dengan sebuah pesan penting, “Kegiatan ini bukan hanya tentang memanfaatkan teknologi untuk pendidikan, tetapi juga sebagai bentuk komitmen kita dalam mendukung kemajuan daerah perbatasan Kalimantan Utara. Pemanfaatan AI dalam pendidikan akan membantu anak-anak kita agar siap menghadapi tantangan di masa depan, sekaligus memelihara kearifan lokal yang merupakan bagian dari identitas budaya kita.”

Beliau mengingatkan bahwa perkembangan teknologi yang pesat tidak boleh membuat kita melupakan pentingnya nilai-nilai lokal. Sebaliknya, teknologi harus diintegrasikan dengan budaya lokal untuk memastikan bahwa kemajuan tersebut tetap berlandaskan pada kekayaan warisan yang ada.
Salah satu topik utama dalam kegiatan ini adalah pemanfaatan AI untuk meningkatkan literasi digital. Sebagai contoh, teknologi AI dapat digunakan untuk menyediakan chatbot edukasi berbasis bahasa lokal, yang akan sangat berguna di daerah perbatasan seperti Kalimantan Utara. Dengan adanya sistem terjemahan bahasa daerah, AI bisa membantu siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan dalam bahasa ibu mereka.

Selain itu, AI juga dapat digunakan dalam aplikasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa, baik dari segi materi maupun cara penyampaian. Hal ini memungkinkan proses belajar menjadi lebih adaptif dan inklusif, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam akses pendidikan atau memiliki kebutuhan khusus.

Lebih lanjut, teknologi AI juga berperan penting dalam pelestarian budaya lokal. Melalui digitalisasi pengetahuan tradisional dan pengembangan aplikasi pengenalan tumbuhan obat, masyarakat dapat lebih mudah mengakses informasi terkait kearifan lokal, yang sebelumnya mungkin terbatas dalam bentuk lisan atau hanya dikenal oleh segelintir orang. Aplikasi berbasis AI yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal, seperti aplikasi pengenalan tanaman obat atau sistem terjemahan bahasa daerah, bisa menjadi alat yang efektif dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal di tengah derasnya perkembangan teknologi.

Pemanfaatan AI juga membawa solusi bagi masalah keterbatasan akses pendidikan di daerah-daerah terpencil, di mana infrastruktur internet belum memadai. Sistem e-learning adaptif yang dapat menyesuaikan dengan kondisi jaringan yang terbatas, serta platform pembelajaran yang memungkinkan konten lokal dan relevan, merupakan terobosan yang sangat dibutuhkan di daerah perbatasan. Dengan menggunakan AI, sistem pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan dapat diakses meskipun dengan keterbatasan yang ada.

Sebagai bagian dari implementasi konkret, peserta diajak untuk lebih memahami cara-cara menerapkan AI dalam pendidikan melalui metode pembelajaran interaktif, diskusi kelompok kecil, dan demonstrasi aplikasi AI sederhana yang dapat diterapkan di kelas. Hal ini diharapkan dapat memberi pengalaman langsung kepada para guru dan peserta lainnya tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mempermudah dan memperkaya proses pembelajaran.

Kegiatan ini merupakan langkah awal yang signifikan dalam mendorong literasi digital di Kalimantan Utara. Ke depannya, diharapkan akan ada lebih banyak inisiatif serupa yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan dunia pendidikan dalam memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bersama.

Semoga dengan adanya program seperti ini, masyarakat Kalimantan Utara bisa semakin berkembang dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan global. Literasi digital adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik, dan teknologi seperti AI memiliki peran yang sangat besar dalam mencapainya. Guru dapat fokus pada interaksi manusiawi, sementara AI membantu tugas administratif.

Share This Article
2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *