NUNUKAN — Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Nunukan menyampaikan sikap tegas terkait kasus keracunan massal yang menimpa 58 siswa di Sebatik. Peristiwa tersebut diduga dipicu oleh konsumsi makanan bergizi (MBG) yang justru menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan anak-anak sekolah di perbatasan.
Ketua HMI Cabang Nunukan, Baso, menilai kejadian ini merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan dan kesehatan, khususnya di wilayah perbatasan. Menurutnya, program MBG yang sejatinya bertujuan meningkatkan kualitas gizi pelajar justru menjadi ancaman akibat lemahnya pengawasan dan distribusi.
“Jangan sampai dalih memberikan gizi berubah menjadi malapetaka yang merusak generasi muda,” tegas Baso.
HMI menilai program MBG yang tidak diawasi ketat dan tidak dikelola secara profesional sudah tidak layak untuk diteruskan. Alih-alih memberi manfaat, program tersebut justru merugikan dan berpotensi merusak masa depan generasi muda.
Lebih lanjut, HMI menuntut pemerintah daerah bersama pihak terkait untuk bertanggung jawab penuh, menghentikan sementara program, serta melakukan investigasi menyeluruh. Mereka menekankan bahwa langkah ini penting agar kasus serupa tidak terulang kembali.
> “Generasi di perbatasan sudah menghadapi tantangan besar dalam pendidikan dan kesehatan. Jika program pemerintah malah menambah derita, maka jelas bukan kebermanfaatan yang hadir, melainkan ancaman,” lanjutnya.
HMI menegaskan kasus keracunan di Sebatik harus menjadi peringatan serius. Program pemerintah yang bertujuan baik tidak boleh berakhir menimbulkan trauma kolektif. Evaluasi menyeluruh dan perbaikan sistem dianggap sebagai bentuk nyata keberpihakan terhadap masa depan generasi bangsa.(*)




